10 Penyakit  untuk Pemilik Perut Buncit


Sepuluh Penyakit  untuk Pemilik Perut Buncit : 


Memiliki berat badan berlebih dengan ciri perut buncit dapat meningkatkan risiko seseorang terkena beberapa komplikasi kesehatan yang serius. Hal ini bisa terjadi karena kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan ketegangan pada tulang dan organ. 

Selain itu, obesitas juga bisa memicu perubahan kompleks pada hormon dan metabolisme, serta meningkatkan peradangan di dalam tubuh. 


Kegemukan dapat memicu datangnya sejumlah penyakit berbahaya sebagai berikut : 

1. Diabetes tipe 2

Memiliki berat badan berlebih termasuk salah satu penyebab utama munculnya diabetes tipe 2 atau diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Dari penelitian ilmiah medis ditemukan bahwa kelebihan lemak membuat tubuh kebal (resistensi) terhadap insulin, yaitu hormon yang membawa gula (glukosa) dari darah ke dalam sel-sel tubuh. Kondisi itu akhirnya menyebabkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan gula yang diperlukan untuk memperoleh energi. Seiring berjalannya waktu, penyakit diabetes tipa 2 dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, stroke, penyakit ginjal, dan gangguan penglihatan. Jika Anda kini memiliki perut buncit, segeralah melakukan upaya penanganan, seperti mulai rutin berolahraga yang cocok untuk menurunkan berat badan. 


2. Penyakit jantung

Timbunan lemak dalam tubuh dapat menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung. Arteri yang menjadi sempit kemudian dapat menyebabkan serangan jantung.  Selain itu, penderita obesitas juga cenderung memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol lipoprotein (LDL), trigliserida, dan diabetres yang semuanya berkontribusi terhadap penyakit jantung. 


3. Stroke

Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terputus. Kondisi itu dapat disebabkan oleh timbunan lemak yang menumpuk di arteri. Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan mengakibatkan berbagai kecacatan, termasuk gangguan bicara dan bahasa, otot yang melemah, dan perubahan pada keterampilan berpikir dan bernalar. Sebuah tinjauan pada tahun 2010 terhadap 25 studi dengan hampir 2,3 juta partisipan menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko stroke hingga 64 persen. 


4. Gangguan tidur

Apnea tidur adalah gangguan di mana seseorang dapat berhenti bernapas sejenak saat tidur. Orang yang kelebihan berat badan dan hidup dengan baik obesitas berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan ini. Apnea tidur bisa terjadi karena para pemiliki perut buncit cenderung mempunyai lebih banyak lemak yang tersimpan di leher sehingga membuat jalan napas menyempitt. Jalan napas yang lebih kecil dapat menyebabkan mendengkur dan kesulitan bernapas di malam hari. Mengurangi berat badan disinyalir dapat membantu seseorang mengurangi jumlah lemak di leher dan menurunkan risiko apnea tidur. 


5. Tekanan darah tinggi

Jaringan lemak ekstra dalam tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dan nutrisi. Hal itu pada akhirnya menuntut pembuluh darah perlu mensirkulasi lebih banyak darah ke jaringan lemak ekstra. Kondisi itu juga membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. 


Peningkatan jumlah darah yang bersirkulasi memberi tekanan ekstra pada dinding arteri. Tekanan tambahan inilah yang kemudian disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak jantung dan arteri. 


6. Penyakit hati (liver)

Orang dengan obesitas dapat mengembangkan penyakit hati yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak atau nonalcoholic steatohepatitis (NASH). Hal tersebut bisa terjadi karena lemak berlebih dapat menumpuk di hati. Kelebihan lemak itu kemudian dapat merusak hati atau menyebabkan jaringan parut tumbuh yang dikenal sebagai sirosis. Penyakit hati berlemak biasanya tidak memiliki gejala, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan gagal hati. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan menurunkan berat badan, berolahraga, dan menghindari minum alkohol. 


7. Penyakit kandung empedu

Obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit batu empedu.

Batu empedu terjadi ketika empedu menumpuk dan mengeras di kantong empedu. Orang dengan obesitas sangat mungkin memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dalam empedu. Selain itu, para pemilik perut buncit ini mungkin memiliki kantong empedu besar yang tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan batu empedu. Sebagai gejala, keberadaan batu empedu bisa menimbulkan rasa sakit sehingga membutuhkan operasi untuk penanganannya. Selain itu, seseorang dianjurkan makan makanan tinggi serat dan lemak sehat untuk dapat membantu mencegah batu empedu.  


8. Kanker tertentu

Hubungan antara obesitas dengan kanker tidak sejelas dengan penyakit lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke. Namun, memiliki badan berlebih dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tertentu, seperti kanker payudara, usus besar, kandung empedu, pankreas, ginjal, dan prostat, serta kanker rahim, leher rahim, endometrium, dan ovarium. Sebuah studi berbasis populasi memperkirakan bahwa sekitar 28.000 kasus baru kanker pada pria dan 72.000 pada wanita pada 2012 dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas di Amerika Serikat. 


9. Depresi

Banyak orang yang terkena obesitas mengalami depresi. Beberapa penelitian telah menemukan korelasi kuat antara kelebihan berat badan dan masalah gangguan depresi mayor. Orang yang terkena obesitas mungkin sering mengalami diskriminasi atau _bulliying_ berdasarkan ukuran tubuh mereka. 

Seiring berjalannya waktu, tekanan psikis tersebut dapat menyebabkan perasaan sedih atau kurang harga diri. Jika Anda mengalami obesitas dan mengalami gejala depresi, mintalah rujukan untuk mendapatkan layanan konseling kesehatan mental.


10. Radang rawan sendi (osteoarthritis)

Obesitas menimbulkan beban sendi penyangga tubuh yaitu sendi lutut dan sendi tumit. Berakibat munculnya rasa nyeri saat sendi digerakkan. Seseorang dengan sendi pasti fokusnya hanya berupaya agar rasa nyerinya hilang dg obat pereda nyeri (pain killer) dan fisioterapi. Padahal sumber nyeri yg sesungguhnya adalah berat badan berlebihnya tersebut.


Semoga bermanfaat. Salam sehat holistik.

Medi Wirawan, dr, DFM, MPH - Dokter Konsultan Sehat Holistik

Komentar